PERINGATAN KONTEN...!!! » Artikel ini khusus untuk orang dewasa dan pasangan suami istri "DILARANG" untuk Anda yang masih berusia di bawah 21 tahun.

Jangan Berhenti Mencintai Pasanganmu

Jangan Berhenti Mencintai Pasanganmu
Jangan Berhenti Mencintai Pasanganmu - Perlu kamu ketahui bahwa suamiku berprofesi sebagai insinyur mesin, Aku mencintainya karena sifatnya yang tegar, dan perasaan hangat dan nyaman saat Aku bersandar di bahunya yang bidang.

Tiga tahun sudah aku berhubungan dengannya, dan
sekarang sudah dua tahun kami menikah, aku harus mengakui, bahwa aku sudah mulai lelah dengan semua ini. Alasan-alasanku mencintainya dulu, kini telah berubah menjadi penyebab kelelahanku.

Aku adalah termasuk perempuan yang sangat sentimental, dan sangat... sangat sensitif tentang hubungan cinta dan perasaanku, aku sangat mendambakan momen-momen yang romantis dalam hidupku. Sedangkan suamiku, adalah type orang yang sangat berlawanan sifatnya dengan kepribadianku, sehingga ketidakmampuannya membuat momen romantis dalam pernikahan kami telah menghancurkan perasaan cintaku kepadanya.

Suatu hari, karena suadah tidak tahan akhirnya aku harus memutuskan untuk menyatakan keputusanku ini kepadanya. Aku ingin "BERCERAI".

“Kenapa?” tanya suamiku kaget.

“Aku lelah. Gak semua hal di dunia ini harus ada alasannya kan?!” Jawabku.

Suamiku hanya diam semalaman, sepertinya ia tenggelam dalam pikirannya, dan melampiakan sepanjang malam dengan merokok. Perasaan kecewaku menjadi bertambah besar melihat suamiku seperti itu. Disana terlihat laki-laki yang bahkan tidak dapat mengekspresikan kekecewaannya, apa lagi yang aku dambakan dan Aku harapkan lagi dari dia? Akhirnya suamiku bertanya kepadaku.

“Apa yang bisa Aku lakukan untuk mengubah pikiranmu?” kata suamiku.

Sepertinya kata orang-orang bilang itu memang benar, susah untuk mengubah kepribadian seseorang, dan kurasa, aku telah kehilangan kepercayaan dan cintaku kepadanya.

Aku melihat dalam-dalam kedalam bola matanya, dan perlahan ku jawab: “Aku punya pertanyaan, kalau Kamu bisa menjawabnya, dan meyakinkanku, Aku mungkin akan mengubah pikiranku"...Kemudian kuajukan pertanyaan; "Seandainya ada bunga yang terletak di tepi jurang, dan Aku suruh engkau mengambilnya akan tetapi bisa membahayakan dirimu bahkan nyawamu, maukah Kamu mengambilnya untukku?”

“Akan Aku jawab besok” Jawab  suamiku, singkat.

Harapanku tambah hancur mendengar jawabannya.

Keesokan harinya aku terbangun, dan dia sudah tidak ada ditempat tidurku. Tetapi kutemukan sepucuk surat dengan tulisan tangannya yang jelek, dibawah segelas susu di meja makan dekat pintu depan. Kemudian Aku ambil dan kubaca perlahan-lahan kata-katanya.



***
“Sayangku, Aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi biarkan Aku akan menjelaskan alasanku...”

Baru kalimat pertama kubaca, tapi kekecewaanku kepadanya semakin bertambah. Kulanjutkan membaca suratnya...

“... Ketika kamu menggunakan komputer, kamu selalu bermasalah dengan program-programnya, kemudian Kamu menangis di depan monitor. Aku harus menjaga jariku, jadi aku bisa tetap membantumu memperbaiki programnya. Kamu selalu lupa membawa kunci pintu kalau keluar rumah, jadi Aku harus menjaga kakiku untuk berlari pulang agar Kamu bisa segera masuk ke dalam rumah. Kamu suka jalan-jalan, tetapi Kamu selalu kesasar di tempat yang baru, jadi Aku harus menjaga mataku agar bisa memberitahu Kamu jalan yang benar. Kamu selalu keram setiap bulan saat “teman baikmu” itu datang, jadi Aku harus menjaga tanganku untuk mengelus perutmu dan meredakan rasa keram itu...”

“.......?!”

“...Kamu selalu suka untuk tetap di rumah, dan Aku khawatir Kamu tidak memiliki teman. Jadi Aku harus menjaga mulutku, agar bisa terus menceritakan cerita-cerita lucu untuk menghilangkan kebosananmu. Kamu selalu suka menatap komputer, dan itu buruk untuk matamu. Jadi Aku harus smenjaga mataku, agar kalau kita tua nanti, aku bisa membantu memotongkan kukumu, dan membantumu menyibak ubanmu yang mengganggu, jadi Aku bisa memegang tanganmu, sambil memandang pantai berdua. Jadi kamu bisa menikmati sinar matahari, dan pasir yang indah... Jadi Aku bisa menceritakan kepadamu warna dari bunga-bunga, seperti rona wajahmu saat Kamu masih muda... Jadi, Sayangku!, kecuali aku yakin ada orang lain yang mencintaimu lebih dari Aku... "Aku tidak bisa memetik bunga itu, dan mati...”

Air mataku mengalir membasahi suratnya, dan merusak tinta di tulisannya sepanjang aku membaca...

“... Nah! Sekarang Kamu sudah selesai membaca suratku dan jawabanku kan? Kalau kamu sudah merasa puas dengan jawabanku, tolong buka pintu depan, karena aku sedang berdiri menunggumu sambil membawa roti dan susu segar kesukaanmu...”

Aku bergegas menarik pintu, dan melihat wajahnya yang penasaran, sedang memeluk erat botol susu dan roti dengan tangannya.

Sekarang aku "SANGAT YAKIN", tidak ada orang yang bisa mencintaiku sebesar cintanya kepadaku, dan aku memilih untuk tetap bersamanya, meninggalkan bunga-bunga yang aku inginkan di belakang rumah...

Begitulah hidup. Ketika seseorang dikelilingi oleh cinta, lama-lama perasaan bahagia itu akan pudar, dan dia tidak merasakan cinta sesungguhnya karena tertutup oleh kebosanan. Baca juga : Bagaimana Memulai Berpegangan Tangan Pada Saat Kencan

Cinta selalu hadir dalam berbagai bentuk, bahkan dalam bentuk yang sangat kecil dan tidak terasa. Bisa jadi, cinta hadir dalam bentuk yang sangat membosankan. Bunga-bunga dan momen romantis hanya hal yang bisa dilihat dari kekuatan cinta. Namun dibalik itu semua, ada cinta yang sebenarnya..

Untuk itu, pandangi wajah pasanganmu jika Kamu sudah mulai merasa bosan. Pikirkanlah dalam benakmu hal-hal yang membuatmu jatuh cinta kepadanya waktu dulu...

0 Response to "Jangan Berhenti Mencintai Pasanganmu"

Post a Comment